Sabtu, 17 Februari 2018

Makalah teori tektonik global


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Tektonik global adalah suatu proses tektonik yang terjadi secara globalisasi atau menyeluruh. Tektonik global ini mempengaruhi setiap peristiwa geologi yang terjadi di setiap tempat di berbagai belahan dunia. Seperti yang kita ketahui, bahwa bumi ini dulunya hanya terdiri dari 1 benua yaitu Pangea. Akibat terjadinya proses tektonik, benua ini terpecah menjadi Benua Gondwana dan Benua Laurasia. Seiring berjalannya waktu dengan proses tektonik yang terus terjadi, benua ini kemudian sekarang menjadi 5 benua yaitu Benua Amerika, Benua Afrika, Benua Asia, Benua Australia dan Benua Eropa. Bumi ini terdiri dari berbagai lempengan bumi yang bergerak dinamis. Hal ini disebut dengan tektonik lempeng.
Batas-batas lempeng merupakan wilayah yang paling aktif di muka bumi, dicirikan dengan adanya intensitas kegempaan yang tinggi serta merupakan daerah bergunungapi aktif. Kerak bumi terdiri dari kerak samudera dengan tebal berkisar antara 5-15 km dan kerak benua dengan tebal antara 30-80 km. Kerak bumi ini relatif sangat tipis bila dibandingkan dengan jari-jari bumi yang panjangnya 6.370 km ataupun mantel bumi yang tebalnya lebih dari 2900 km. Oleh karena itu kerak bumi yang mengapung di atas mantel bumi dengan bagian atas yang cair liat, akan cenderung bergerak dinamis seiring dengan proses alam yang terus menerus berlangsung di perut (interior) bumi. Ada beberapa elemen tektonik yang penting dan utama yang berkaitan erat dengan kegiatan tektonik lempeng, diantaranya pemekaran dasar samudera (sea floor spreading) yang terjadi di punggungan tengah samudera (mid-ocean ridges), palung laut dalam (deep sea trenches) dan lajur tunjaman (subduction zones), dan berbagai jenis cekungan (basins) lainnya, busur kepulauan gunungapi (volcanic island arcs) serta mekanisme pembentukannya.
Teori apungan benua, menurut Wegener, 1912, yaitu perpindahan lempeng yang besar dari kerak daratan, bergerak secara bebas di atas perlapisan kerak samudera. Teori ini mendukung perpecahan dari 1 benua yaitu Pangea menjadi 5 benua seperti yang kita ketahui saat ini. (Permian 225 juta, Trias 200 juta, Jura 135 juta, Kapur 65 juta, sekarang). Lempeng bumi lebih ringan dibandingkan dengan isi (inti dan mantel) bumi dan sangat tipis dibandingkan dengan jari-jari bumi maupun keliling bumi. Oleh karena itu, lempeng-lempeng bumi akan memberai dan mengapung (rift-drifts) di atas astenosfer, bak sekeping tempurung kelapa di atas permukaan laut. Benua-benuar purba (tua) pernah bersatu dan membentuk satu super-benua Pangea dan kemudian memberai, pecah dan terpisah menjadi berbagai benua. Proses tektonik ini menunjukkan bahwa pemberaian, pemisahan, pengapungan dan pengalihtempatan benua-benua (drift-drift) benar-benar terjadi.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana proses terjadinya tenaga geologi ?
2.      Bagaimana bentuk klasifikasi teori tektonik global  ?

1.3  Tujuan
1.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah geologi umum.
2.      Untuk memberi informasi kepada para pembaca mengenai teori-teori tektonik global.
3.      Untuk memberi informasi kepada para pembaca mengenai tenaga geologi.






BAB II
PEMBAHASAN
2.1    TENAGA GEOLOGI
Tenaga geologi adalah tenaga yang dapat mengubah bentuk permukaan bumi atau membentuk relief muka bumi. Tenaga geologi dibagi menjadi dua, yaitu, tenaga endogen dan tenaga eksogen. Tenaga endogen adalah tenaga yang dapat mengubah bentuk muka bumi yang berasal dari dalam bumi, sedangkan tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar.

Dari kedua tenaga tersebut, terbentuklah relief daratan dan relief lautan. Relief adalah perbedaan tinggi rendah suatu tempat, sedangkan yang disebut relief daratan adalah tinggi rendahnya permukaan bumi yang berada di daratan, dan relief dasar laut adalah tinggi rendahnya permukaan bumi yang berada di dasar laut. 
A.   Relief Daratan         

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa relief daratan adalah tinggi rendahnya permukaan bumi yang berada di daratan. Relief  daratan dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
  1. Relief makro
Relief Makro adalah relief/benutk-bentuk permukaan bumi yang  mencakup daerah yang luas bahkan satu sampai beberapa benua. Relief makro meliputi tiga bentuk permukaan bumi, yaitu Perisai benua, dataran stabil, dan jalur pegunungan.
a.       Perisai Benua
Perisai benua atau yang biasa disebut SHILED adalah dasar benua-benua yang berbentuk cembung seperti tameng. Sekarang perisai benua terkubur oleh lapsan endapan yang sangat tebal.
b.      Dataran Stabil
Dataran Stabil atau Stabile Plateform adalah dataran luas di atas lapisan endapan yang menutupi perisai benua.
c.       Jalur Pegunungan
Jalur pegunungan adalah deretan dari gunung-gunug dan pegunungan yang mencakup satu bahkan beberapa benua. Contoh : Sirkum pasifik dan Sirkum mediterania.
  1. Relief Mikro
Relief mikro adalah bentuk-bentuk permukaan bumi yang terdapat pada daerah yang tak luas dan terdapat pada relief Makro.
Relief makro meliputi tiga bentuk permukaan bumi, yaitu Perisai benua, dataran stabil, dan jalur pegunungan

B.    Relief Lautan
Relief lautan adalah tinggi rendahnya permukaan bumi yang berada di dasar laut.

Semua tenaga yang menyebabkan terjadinya perubahan di permukaan bumi maupun di dalam bumi bersumber dari dua heat engines (mesin yang mengubah energi panas menjadi energi mekanik), yang satu terletak di dalam bumi dan yang lain di luar bumi. Contoh heat engine dederhana sebagai berikut.
           
Air yng dipanas di teko dalam gambar yersebut akan menguap dan uapnya itu menggerakkan kipas dari kertas yang diletakkan di atasnya. Berarti panas (heat energy) berubah menjadi tenaga mekanik ( mechanical energy) yang menggerakkan kipas kertas diatasnya.

2.2         TEORI-TEORI TEKTONIK GLOBAL
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, geolog berasumsi bahwa kenampakan-kenampakan utama bumi berkedudukan tetap. Kebanyakan kenampakan geologis seperti pegunungan bisa dijelaskan dengan pergerakan vertikal kerak seperti dijelaskan dalam teori geosinklin. Sejak tahun 1596, telah diamati bahwa pantai Samudera Atlantik yang berhadap-hadapan antara benua Afrika  dan Eropa dengan Amerika Utara dan Amerika Selatan memiliki kemiripan bentuk dan nampaknya pernah menjadi satu. Ketepatan ini akan semakin jelas jika kita melihat tepi-tepi dari paparan benua di sana. Sejak saat itu banyak teori telah dikemukakan untuk menjelaskan hal ini, tetapi semuanya menemui jalan buntu karena asumsi bahwa bumi adalah sepenuhnya padat menyulitkan penemuan penjelasan yang sesuai.
Penemuan radium dan sifat-sifat pemanasnya pada tahun 1896 mendorong pengkajian ulang umur bumi, karena sebelumnya perkiraan didapatkan dari laju pendinginannya dan dengan asumsi permukaan bumi beradiasi seperti benda hitam. Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa bahkan jika pada awalnya bumi adalah sebuah benda yangmerah-pijar, suhu Bumi akan menurun menjadi seperti sekarang dalam beberapa puluh juta tahun. Dengan adanya sumber panas yang baru ditemukan ini maka para ilmuwan menganggap masuk akal bahwa Bumi sebenarnya jauh lebih tua dan intinya masih cukup panas untuk berada dalam keadaan cair.
Teori Tektonik Lempeng berasal dari Hipotesis Pergeseran Benua (continental drift) yang dikemukakan Alfred Wegener tahun 1912 dan dikembangkan lagi dalam bukunya The Origin of Continents and Oceans terbitan tahun 1915. Ia mengemukakan bahwa benua-benua yang sekarang ada dulu adalah satu bentang muka yang bergerak menjauh sehingga melepaskan benua-benua tersebut dari inti bumi seperti 'bongkahan es' dari granit yang bermassa jenis rendah yang mengambang di atas lautan basal yang lebih padat. Namun, tanpa adanya bukti terperinci dan perhitungan gaya-gaya yang dilibatkan, teori ini dipinggirkan. Mungkin saja bumi memiliki kerak yang padat dan inti yang cair, tetapi tampaknya tetap saja tidak mungkin bahwa bagian-bagian kerak tersebut dapat bergerak-gerak. Di kemudian hari, dibuktikanlah teori yang dikemukakan geolog Inggris Arthur Holmes tahun 1920 bahwa tautan bagian-bagian kerak ini kemungkinan ada di bawah laut. Terbukti juga teorinya bahwa arus konveksi di dalam mantel bumi adalah kekuatan penggeraknya.
Bukti pertama bahwa lempeng-lempeng itu memang mengalami pergerakan didapatkan dari penemuan perbedaan arah medan magnet dalam batuan-batuan yang berbeda usianya. Penemuan ini dinyatakan pertama kali pada sebuah simposium di Tasmania tahun 1956. Mula-mula, penemuan ini dimasukkan ke dalam teori ekspansi bumi, namun selanjutnya justeru lebih mengarah ke pengembangan teori tektonik lempeng yang menjelaskan pemekaran (spreading) sebagai konsekuensi pergerakan vertikal (upwelling) batuan, tetapi menghindarkan keharusan adanya bumi yang ukurannya terus membesar atau berekspansi (expanding earth) dengan memasukkan zona subduksi/hunjaman (subduction zone), dan sesar translasi (translation fault). Pada waktu itulah teori tektonik lempeng berubah dari sebuah teori yang radikal menjadi teori yang umum dipakai dan kemudian diterima secara luas di kalangan ilmuwan. Penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara seafloor spreading dan balikan medan magnet bumi (geomagnetic reversal) oleh geolog Harry Hammond Hess dan oseanograf Ron G. Mason menunjukkan dengan tepat mekanisme yang menjelaskan pergerakan vertikal batuan yang baru.
Seiring dengan diterimanya anomali magnetik bumi yang ditunjukkan dengan lajur-lajur sejajar yang simetris dengan magnetisasi yang sama di dasar laut pada kedua sisi mid-oceanic ridge, tektonik lempeng menjadi diterima secara luas. Kemajuan pesat dalam teknik pencitraan seismik mula-mula di dalam dan sekitar zona Wadati-Benioff dan beragam observasi geologis lainnya tak lama kemudian mengukuhkan tektonik lempeng sebagai teori yang memiliki kemampuan yang luar biasa dalam segi penjelasan dan prediksi.
Penelitian tentang dasar laut dalam, sebuah cabang geologi kelautan yang berkembang pesat pada tahun 1960-an memegang peranan penting dalam pengembangan teori ini. Sejalan dengan itu, teori tektonik lempeng juga dikembangkan pada akhir 1960-an dan telah diterima secara cukup universal di semua disiplin ilmu, sekaligus juga membaharui dunia ilmu bumi dengan memberi penjelasan bagi berbagai macam fenomena geologis dan juga implikasinya di dalam bidang lain seperti paleogeografi dan paleobiologi.
Tektonik Lempeng (Plate tectonic theory)
     (pergeseran benua-benua)

Lempeng litosfer adalah lapisan terluar bumi yang terdiri dari kerak bumi dan litosfer, mengapung di atas lapisan yang agak lunak yaitu astenosfer. Tebalnya berkisar 100-250 km (moncroe, wicander, 2001). Lempeng ini sangat mobil karena terpengaruh oleh arus konveksi yang terjadi dilapisan astenosfer. Akibat arus konveksi si astenosfer maka lempeng litosfer diatasnya terdorong sehingga akhirnya pecah menjadi beberapa bagian yaitu lempeng pasifik, lempeng amerika utara, lempeng Amerika Selatan,lempeng Hindia dan Australia, lempeng Afrika, Lempeng Eurasia dan Lempeng antartika. Masing-masing lempeng bergerak ke arah tertentu dengan kecepatan berkisar 1-13 cm/tahun.
                                  (Peta Tektonik Lempeng)

Berdasarkan arah gerak lempeng pada batas interaksi lempeng, dikenal ada 3 tipe batas lempeng:
1.      Konvergen yaitu batas lempeng yang saling mendekati atau bertabrakan.
2.      Divergen yaitu batas dua lempeng yang saling menjauhi.
3.      Shear atau Trasfrom yaitu batas dua lempeng yang saling berpapasan.




Contoh batas lempeng :
        
                                                (Tipe-tipe batas lempeng)
  1. Zona  Batas Divergen
Lempeng divergen adalah keadaan dimana suatu lempeng akan bergerak saling menjauhi, sehingga pada pusat pergerakan lempeng akan terbentuk lapisan astenosfer yang baru dan menyebabkan makin meluasnya area dari lempeng tersebut. Ada dua macam zona yang terbentuk akibat kejadian lempeng divergen, yaitu:
a.  Zona divergen antara lempeng-lempeng pada lantai dasar samudera.
Model Zona Divergen.
  • Tempat pertemuan dua batas lempeng dengan tipe Lempeng divergen disebut seafloor spreading atau spreading center. Contohnya terdapat pada pertemuan antara lempeng Amerika Utara dan lempeng Eurasia di Samuera Antartika.







b. Zona divergen antara dua lempeng benua.
Zona divergen antara Lempeng Eurasia-Amerika Utara, Islandia.
Ciri-ciri morfologi zona divergen:Keadaan ini menyebabkan terjadinya rekahan yang cukup besar pada daratan. Rekahan itu akan terus meluas setiap tahunnya. Sebagai contoh yang terjadi di Afrika Timur yang dikenal sebagai Great Rift Valley.
  • Adanya bekas tarikan berlawanan arah antara kedua lempeng, yang bisa ditandai dengan: celah antara kedua lempeng, atau bisa juga dengan adanya penipisan lempeng di pertengahan kedua arah gaya.
  • Pada zona ini bisa terbentuk gunungapi, dimana magma di dalam bumi akan lebih mudah mencapai permukaan (dikarenakan lempeng yang menipis). Dicirikan gunungapi cenderung berbentuk landai.





  1. Zona Batas Konvergen
Gunung Himalaya, salah satu bentuk morfologi alam hasil konvergensi lempeng benua.
Ada tiga model dari tipe lempeng konvergen, yaitu :Sesuai dengan namanya, zona ini terbentuk akibat pergerakan lempeng yang sifatnya konvergen. Pergerakan Lempeng kovergen yaitu gerakan yang merepresentasikan bahwa terdapat lempeng-lempeng yang saling mendekat, bahkan bertumbukan. Pada tipikal zona konvergen berupa penunjaman lempeng samudera-lempeng benua, hal tersebut menyebabkan salah satu dari lempeng—yaitu lempeng samudera—akan tersubduksi ke dalam mantel.





1. Pertemuan antara lempeng samudera dengan lempeng samudera.
Model Zona Batas Konvergen (Samudera – Samudera).
Pada daerah konvergensi lempeng samudera-lempeng samudera, salah satu lempeng yang beratnya lebih tinggi dari lempeng lainnya akan tersubduksi ke arah mantel. Sehingga, pada daerah pertemuan tersebut akan terbentuk daerah kepulauan yang terdiri dari gunung-gunung laut. Pertemuan lempeng yang seperti ini biasanya terjadi di daerah laut dalam dengan kedalaman lebih dari 11000 meter, contohnya adalah rangkaian kepulauan yang dipenuhi gunung api sepanjang Mariana Trench di bagian barat Samudera Pasifik.






2.. Pertemuan antara lempeng samudera dengan lempeng benua.
Model Zona Batas Konvergen (Benua – Samudera).
Karena densitas lempeng samudera lebih tinggi, lempeng samudera akan tersubduksi ke arah mantel dan menyebabkan terbentuknya gunung-gunung api aktif di daratan benua. Adapun terjadinya gunung-gunung aktif tersebut, adalah karena adanya pergesekan antara lempeng samudera dengan batuan-batuan di sekitarnya, dimana batuan akan leleh dan berubah fase menjadi cair (magma). Hal itu terjadi karena pergerakan lempeng samudera. Akibatnya, magma akan merambat ke permukaan melalui rekahan-rekahan, sehingga terbentuklah gunung api. Daerah konvergen ini dicirikan dengan adanya aktivitas seismik yang cukup tinggi, bahkan kebanyakan gelombang tsunami tak jarang terjadi akibat hal tersebut. Contoh tipe konvergensi lempeng benua—lempeng samudera terdapat di daerah zona penyusupan di sepanjang Pantai barat Sumatera dan di sepanjang Pantai Selatan Jawa.


3. Pertemuan antara lempeng benua dengan lempeng benua.
Model Zona Batas Konvergen (Benua – Benua).
Peristiwa konvergensi ini mengakibatkan terjadinya lipatan yang semakin lama areanya semakin luas dan semakin tinggi, sebagai contoh adalah pembentukan pegunungan Himalaya dan daerah dataran tinggi Tibet.
Ciri-ciri morfologi zona konvergen:
  • Jika salah satu lempeng menunjam ke dalam mantel, dapat kita lihat bahwa di permukaan bumi tersebut, terdapat kenampakan batas penunjaman antara kedua lempeng, dimana satu lapisan lempeng terlihat masuk ke dalam lapisan lempeng lain. Batas antara kedua lempeng ini disebut
  • Terdapat bentang alam berupa busur pegunungan. Pegunungan tersebut akan memanjang sesuai dengan jalur trench. Tipikal gunung biasanya berwujud tinggi. Dapat dimungkinkan juga terjadi gunungapi, apabila pergerakan lempeng saat menunjam dapat menyebabkan batuan sekitar menjadi leleh dan berwujud magma, lalu magma mencapai permukaan bumi.
  • Jika terbentuk di laut, bisa memicu terjadinya busur kepulauan gunungapi.
  • Jika terbentuk di zona konvergensi samudera-benua, akan memicu busur gunungapi tepi kerak benua.
  • Jika terbentuk di pertemuan lempeng benua, akan membentuk wilayah pegunungan (mountain range) yang cukup tinggi.
  1. Zona Batas Transform
Model Zona Batas Transform.
Tipe pertemuan antara dua lempeng tektonik yang bergerak secara horisontal dan berlawanan arahnya. Tidak seperti pola struktur yang terbentuk dalam zona konvergen, pada tipe zona transform tidak ada pembentukan lapisan astenosfer baru atau terjadinya penunjaman yang dilakukan oleh salah satu lempeng terhadap lainnya. Tipe pergerakan transform bisa terjadi, baik di antara lempeng samudera, maupun di antara lempeng benua. Sebagai contoh adalah pergerakan transform yang terjadi pada dua buah lempeng benua di California,mengakibatkan terjadinya Patahan San Andreas.
Patahan San Andreas, Los Angeles, Amerika Serikat.
Ciri-ciri morfologi zona transform:
  • Pergerakan lempeng yang saling berlawanan arah akan membentuk struktur geologi yang berbentuk seperti patahan/sesar secara horizontal.
Penyebab pergeseran lempeng disebabkan oleh arus konveksi di dalam selimut bumi, namun ada beberapa mekasinme atau cara yang dikemukakan oleh berbagai ahli geologi. Misalnya ada yang mengemukakan bahwa arus konveksi terjadi dalam selimut bagian atas saja yaitu di lapisan Astonosfer, namun ahli lain beranggapan arus konveksi terjadi di seluruh selimut bumi.
Gambar arus konveksi di lapisan Astenosfer dan arus konveksi di seluruh selimut bumi.

            Adalagi yang berpendapat tempat naiknya batuan panas dari bawah merupakan daerah sempit saja seperti cerobong asap, dan setelah sampai di permukaan tersebar ke segala arah.lihat gambar dibawah ini, pendapat ini dikenal sebagai Mantle Plume oleh W. Jason Morgan seorang ahli geologi.
            Menurut pandangan Morgan lempeng bergerak karena beberapa plume yang tidak luas berupa arus konveksi sepanjang seluruh pegunungan. Hipotesis ini seakan seperti pipa dasar selimut bumi. Aliran radial materi selimut bumi dari dalam ke permukaan akan memecahkan litosfer menggerakkan lempeng.
Penggembungan ini menghasilkan tiga retakan. Aliran dari dalam berlangsung terus menyebabkan kerak bumi terpecah sepanjang dua dari tiga retakan dan retakan ketiga menjadi tidak aktif. Dalam model ini kedua retakan yang aktif akan menjadi pinggiran benua sebagaimana lautan terbentuk antara benua yang terbelah itu. Retakan ketiga menjadi anulocagen, suatu retakan yang tidak aktif yang kemudian terisi dengan sedimen.
            Tempat dimana mantle plume mungkin naik sekarang dibawah lautan misalnya di kepulauan hawaii. Akan tetapi agak lain dengan yang di benua, plume bertindak seperti pusat erupsi (hot spot) di bwah lempeng yang bergerak . sebagaimana lempeng bergerak diatas plume terbentuklah sederetan gunung dimana hanya salah satu gunung tersebut yang aktif yaitu gunung yang persis diatas mantle plume sedang yang lainnya sudah tidak aktif (gambar dibawah) gambar dibawah ini menunjukkan peta kepulauan hawaii di mana di ujung tenggara saja yang aktif dan makin ke barat laut gunung-gunungnya tidak aktif dan makin tua umur batuannya.
Dengan demikian, konsep tektonik lempeng dapat menjawab lebih banyak kenampakan-kenampakan yang ada di permukaan bumi daripada hipotesis atau teori-teori lain.




Dibawah ini kita dapat melihat sebaran pegunungan dan tipe batas lempeng.














BAB III
PENUTUP
3.1       Kesimpulan
Teori Tektonik Lempeng berasal dari Hipotesis Pergeseran Benua (continental drift) yang dikemukakan Alfred Wegener tahun 1912 dan dikembangkan lagi dalam bukunya The Origin of Continents and Oceans terbitan tahun 1915. Ia mengemukakan bahwa benua-benua yang sekarang ada dulu adalah satu bentang muka yang bergerak menjauh sehingga melepaskan benua-benua tersebut dari inti bumi seperti 'bongkahan es' dari granit yang bermassa jenis rendah yang mengambang di atas lautan basal yang lebih padat. Namun, tanpa adanya bukti terperinci dan perhitungan gaya-gaya yang dilibatkan, teori ini dipinggirkan. Di kemudian hari, dibuktikanlah teori yang dikemukakan geolog Inggris Arthur Holmes tahun 1920 bahwa tautan bagian-bagian kerak ini kemungkinan ada di bawah laut. Terbukti juga teorinya bahwa arus konveksi di dalam mantel bumi adalah kekuatan penggeraknya.
Pergerakan lempeng tektonik bisa terjadi karena kepadatan relatif litosfer samudera dan karakter astenosfer yang relatif lemah. Pelepasan panas dari mantel telah didapati sebagai sumber asli dari energi yang menggerakkan lempeng tektonik. Pandangan yang disetujui sekarang, meskipun masih cukup diperdebatkan, adalah bahwa kelebihan kepadatan litosfer samudera yang membuatnya menyusup ke bawah di zona subduksi adalah sumber terkuat pergerakan lempengan.








3.2       Saran
Pergeseran lempeng biasanya menyebabkan terjadinya gempa bumi, maka dari itu saran kami saat terjadinya pergeseran lempeng adalah sebagai berikut:
1. Menentukan tempat-tempat berlindung yang aman jika terjadi gempa bumi. Tempat berlindung yang aman adalah tempat yang yang dapat melindungi anda dari benda-benda yang jatuh atau mebel yang ambruk, misalnya di bawah meja.
2.      Menyediakan air minum untuk keperluan darurat. Bekas botol air mineral dapat digunakan untuk menyimpan air minum. Kebutuhan air minum biasanya 2 sampai 3 liter sehari untuk satu orang.
3.      Kotak P3K berisi obat menghilangkan rasa sakit, plester, pembalut dan sebagainya
4.      Matikan api kompor jika anda sedang memasak. Matikan juga alat-alat elektronik yang dapat menyebabkan timbulnya api. Jika terjadi kebakaran di dapur, segera padamkan api dengan menggunakan alat pemadam api. Jika tidak mempunyai pemadam api gunakan pasir atau karung basah
5.      Membuka pintu dan mencari jalan keluar dari rumah atau gedung
6.      Cari informasi mengenai gempa bumi yang terjadi lewat televisi atau  radio








DAFTAR PUSTAKA
Sumber: www.makegoodtime.com
Sumber: Handout Tektonik Lempeng, Salahuddin Husein (2012)