BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tektonik global adalah suatu proses
tektonik yang terjadi secara globalisasi atau menyeluruh. Tektonik global ini
mempengaruhi setiap peristiwa geologi yang terjadi di setiap tempat di berbagai
belahan dunia. Seperti yang kita ketahui, bahwa bumi ini dulunya hanya terdiri
dari 1 benua yaitu Pangea. Akibat terjadinya proses tektonik, benua ini
terpecah menjadi Benua Gondwana dan Benua Laurasia. Seiring berjalannya waktu
dengan proses tektonik yang terus terjadi, benua ini kemudian sekarang menjadi
5 benua yaitu Benua Amerika, Benua Afrika, Benua Asia, Benua Australia dan
Benua Eropa. Bumi ini terdiri dari berbagai lempengan bumi yang bergerak
dinamis. Hal ini disebut dengan tektonik lempeng.
Batas-batas lempeng merupakan
wilayah yang paling aktif di muka bumi, dicirikan dengan adanya intensitas
kegempaan yang tinggi serta merupakan daerah bergunungapi aktif. Kerak bumi
terdiri dari kerak samudera dengan tebal berkisar antara 5-15 km dan kerak
benua dengan tebal antara 30-80 km. Kerak bumi ini relatif sangat tipis bila
dibandingkan dengan jari-jari bumi yang panjangnya 6.370 km ataupun mantel bumi
yang tebalnya lebih dari 2900 km. Oleh karena itu kerak bumi yang mengapung di
atas mantel bumi dengan bagian atas yang cair liat, akan cenderung bergerak
dinamis seiring dengan proses alam yang terus menerus berlangsung di perut
(interior) bumi. Ada beberapa elemen tektonik yang penting dan utama yang
berkaitan erat dengan kegiatan tektonik lempeng, diantaranya pemekaran dasar
samudera (sea floor spreading) yang terjadi di punggungan tengah
samudera (mid-ocean ridges), palung laut dalam (deep sea trenches)
dan lajur tunjaman (subduction zones), dan berbagai jenis cekungan (basins)
lainnya, busur kepulauan gunungapi (volcanic island arcs) serta
mekanisme pembentukannya.
Teori apungan benua, menurut
Wegener, 1912, yaitu perpindahan lempeng yang besar dari kerak daratan,
bergerak secara bebas di atas perlapisan kerak samudera. Teori ini mendukung
perpecahan dari 1 benua yaitu Pangea menjadi 5 benua seperti yang kita ketahui
saat ini. (Permian 225 juta, Trias 200 juta, Jura 135 juta, Kapur 65 juta,
sekarang). Lempeng bumi lebih ringan dibandingkan dengan isi (inti dan mantel)
bumi dan sangat tipis dibandingkan dengan jari-jari bumi maupun keliling bumi.
Oleh karena itu, lempeng-lempeng bumi akan memberai dan mengapung (rift-drifts)
di atas astenosfer, bak sekeping tempurung kelapa di atas permukaan laut.
Benua-benuar purba (tua) pernah bersatu dan membentuk satu super-benua Pangea
dan kemudian memberai, pecah dan terpisah menjadi berbagai benua. Proses
tektonik ini menunjukkan bahwa pemberaian, pemisahan, pengapungan dan
pengalihtempatan benua-benua (drift-drift) benar-benar terjadi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana
proses terjadinya tenaga geologi ?
2. Bagaimana
bentuk klasifikasi teori tektonik global
?
1.3 Tujuan
1. Untuk
memenuhi tugas mata kuliah geologi umum.
2. Untuk
memberi informasi kepada para pembaca mengenai teori-teori tektonik global.
3. Untuk
memberi informasi kepada para pembaca mengenai tenaga geologi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
TENAGA
GEOLOGI
Tenaga geologi adalah tenaga yang
dapat mengubah bentuk permukaan bumi atau membentuk relief muka bumi. Tenaga
geologi dibagi menjadi dua, yaitu, tenaga endogen dan tenaga eksogen. Tenaga
endogen adalah tenaga yang dapat mengubah bentuk muka bumi yang berasal dari
dalam bumi, sedangkan tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar.
Dari kedua tenaga tersebut,
terbentuklah relief daratan dan relief lautan. Relief adalah perbedaan tinggi
rendah suatu tempat, sedangkan yang disebut relief daratan adalah tinggi
rendahnya permukaan bumi yang berada di daratan, dan relief dasar laut adalah
tinggi rendahnya permukaan bumi yang berada di dasar laut.
A. Relief Daratan
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa relief daratan adalah tinggi
rendahnya permukaan bumi yang berada di daratan. Relief daratan dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
- Relief makro
Relief Makro adalah relief/benutk-bentuk permukaan bumi yang mencakup daerah yang luas bahkan satu sampai
beberapa benua. Relief makro meliputi tiga bentuk permukaan bumi, yaitu Perisai
benua, dataran stabil, dan jalur pegunungan.
a.
Perisai Benua
Perisai
benua atau yang biasa disebut SHILED adalah dasar benua-benua yang berbentuk
cembung seperti tameng. Sekarang perisai benua terkubur oleh lapsan endapan
yang sangat tebal.
b.
Dataran Stabil
Dataran
Stabil atau Stabile Plateform adalah dataran luas di atas lapisan endapan yang
menutupi perisai benua.
c.
Jalur Pegunungan
Jalur
pegunungan adalah deretan dari gunung-gunug dan pegunungan yang mencakup satu
bahkan beberapa benua. Contoh : Sirkum pasifik dan Sirkum mediterania.
- Relief Mikro
Relief mikro adalah bentuk-bentuk permukaan bumi yang terdapat pada daerah
yang tak luas dan terdapat pada relief Makro.
Relief makro
meliputi tiga bentuk permukaan bumi, yaitu Perisai benua, dataran stabil, dan
jalur pegunungan
B. Relief Lautan
Relief lautan adalah tinggi rendahnya permukaan bumi yang berada di dasar
laut.
Semua
tenaga yang menyebabkan terjadinya perubahan di permukaan bumi maupun di dalam
bumi bersumber dari dua heat engines (mesin
yang mengubah energi panas menjadi energi mekanik), yang satu terletak di dalam
bumi dan yang lain di luar bumi. Contoh heat engine dederhana sebagai berikut.
Air yng dipanas di teko dalam gambar
yersebut akan menguap dan uapnya itu menggerakkan kipas dari kertas yang
diletakkan di atasnya. Berarti panas (heat energy) berubah menjadi tenaga
mekanik ( mechanical energy) yang menggerakkan kipas kertas diatasnya.
2.2
TEORI-TEORI
TEKTONIK GLOBAL
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad
ke-20, geolog berasumsi bahwa kenampakan-kenampakan utama bumi berkedudukan
tetap. Kebanyakan kenampakan geologis seperti pegunungan bisa dijelaskan dengan
pergerakan vertikal kerak seperti dijelaskan dalam teori
geosinklin. Sejak tahun 1596, telah diamati
bahwa pantai Samudera
Atlantik yang berhadap-hadapan antara benua Afrika
dan Eropa dengan Amerika Utara dan Amerika
Selatan memiliki kemiripan bentuk dan nampaknya pernah menjadi satu.
Ketepatan ini akan semakin jelas jika
kita melihat tepi-tepi dari paparan benua di
sana. Sejak saat
itu banyak teori telah dikemukakan untuk menjelaskan hal ini, tetapi semuanya
menemui jalan buntu karena asumsi bahwa bumi adalah sepenuhnya padat
menyulitkan penemuan penjelasan yang sesuai.
Penemuan radium dan
sifat-sifat pemanasnya pada tahun 1896 mendorong pengkajian ulang umur bumi, karena
sebelumnya perkiraan didapatkan dari laju pendinginannya dan dengan asumsi
permukaan bumi beradiasi seperti benda hitam. Dari
perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa bahkan jika pada awalnya bumi
adalah sebuah benda yangmerah-pijar, suhu Bumi
akan menurun menjadi seperti sekarang dalam beberapa puluh juta tahun. Dengan
adanya sumber panas yang baru ditemukan ini maka para ilmuwan menganggap masuk akal
bahwa Bumi sebenarnya jauh lebih tua dan intinya masih cukup panas untuk berada
dalam keadaan cair.
Teori Tektonik Lempeng berasal dari
Hipotesis Pergeseran Benua (continental drift) yang
dikemukakan Alfred Wegener tahun 1912 dan
dikembangkan lagi dalam bukunya The Origin of Continents and Oceans terbitan
tahun 1915. Ia mengemukakan bahwa benua-benua yang sekarang ada dulu adalah
satu bentang muka yang bergerak menjauh sehingga melepaskan benua-benua
tersebut dari inti bumi seperti 'bongkahan es' dari granit yang
bermassa jenis rendah yang mengambang di atas lautan basal yang
lebih padat. Namun, tanpa adanya bukti terperinci dan perhitungan gaya-gaya
yang dilibatkan, teori ini dipinggirkan. Mungkin saja bumi memiliki kerak yang
padat dan inti yang cair, tetapi tampaknya tetap saja tidak mungkin bahwa
bagian-bagian kerak tersebut dapat bergerak-gerak. Di kemudian hari,
dibuktikanlah teori yang dikemukakan geolog Inggris Arthur Holmes tahun
1920 bahwa tautan bagian-bagian kerak ini kemungkinan ada di bawah laut.
Terbukti juga teorinya bahwa arus konveksi di dalam mantel bumi adalah kekuatan
penggeraknya.
Bukti pertama bahwa lempeng-lempeng
itu memang mengalami pergerakan didapatkan dari penemuan perbedaan arah medan magnet dalam
batuan-batuan yang berbeda usianya. Penemuan ini dinyatakan pertama kali pada
sebuah simposium di Tasmania tahun 1956. Mula-mula, penemuan ini dimasukkan ke
dalam teori ekspansi bumi, namun
selanjutnya justeru lebih mengarah ke pengembangan teori tektonik lempeng yang
menjelaskan pemekaran (spreading) sebagai konsekuensi pergerakan
vertikal (upwelling) batuan, tetapi menghindarkan keharusan adanya bumi
yang ukurannya terus membesar atau berekspansi (expanding earth) dengan
memasukkan zona subduksi/hunjaman (subduction zone),
dan sesar translasi (translation fault). Pada waktu itulah teori
tektonik lempeng berubah dari sebuah teori yang radikal menjadi teori yang umum
dipakai dan kemudian diterima secara luas di kalangan ilmuwan. Penelitian lebih
lanjut tentang hubungan antara seafloor spreading dan
balikan medan magnet bumi (geomagnetic
reversal) oleh geolog Harry Hammond Hess dan
oseanograf Ron G. Mason menunjukkan
dengan tepat mekanisme yang menjelaskan pergerakan vertikal batuan yang baru.
Seiring dengan diterimanya anomali
magnetik bumi yang ditunjukkan dengan lajur-lajur sejajar yang simetris dengan
magnetisasi yang sama di dasar laut pada kedua sisi mid-oceanic
ridge, tektonik lempeng menjadi diterima secara luas. Kemajuan pesat dalam
teknik pencitraan seismik mula-mula di dalam dan sekitar zona Wadati-Benioff dan
beragam observasi geologis lainnya tak lama kemudian mengukuhkan tektonik
lempeng sebagai teori yang memiliki kemampuan yang luar biasa dalam segi
penjelasan dan prediksi.
Penelitian tentang dasar laut dalam,
sebuah cabang geologi
kelautan yang berkembang pesat pada tahun 1960-an memegang peranan penting
dalam pengembangan teori ini. Sejalan dengan itu, teori tektonik lempeng juga
dikembangkan pada akhir 1960-an dan telah diterima secara cukup universal di
semua disiplin ilmu, sekaligus juga membaharui dunia ilmu bumi dengan memberi
penjelasan bagi berbagai macam fenomena geologis dan juga implikasinya di dalam
bidang lain seperti paleogeografi dan paleobiologi.
Tektonik
Lempeng (Plate tectonic theory)
(pergeseran benua-benua)
Lempeng litosfer adalah lapisan
terluar bumi yang terdiri dari kerak bumi dan litosfer, mengapung di atas
lapisan yang agak lunak yaitu astenosfer. Tebalnya berkisar 100-250 km
(moncroe, wicander, 2001). Lempeng ini sangat mobil karena terpengaruh oleh arus
konveksi yang terjadi dilapisan astenosfer. Akibat arus konveksi si astenosfer
maka lempeng litosfer diatasnya terdorong sehingga akhirnya pecah menjadi
beberapa bagian yaitu lempeng pasifik, lempeng amerika utara, lempeng Amerika
Selatan,lempeng Hindia dan Australia, lempeng Afrika, Lempeng Eurasia dan
Lempeng antartika. Masing-masing lempeng bergerak ke arah tertentu dengan
kecepatan berkisar 1-13 cm/tahun.
(Peta
Tektonik Lempeng)
Berdasarkan arah gerak lempeng pada
batas interaksi lempeng, dikenal ada 3 tipe batas lempeng:
1.
Konvergen yaitu batas
lempeng yang saling mendekati atau bertabrakan.
2.
Divergen yaitu batas
dua lempeng yang saling menjauhi.
3.
Shear atau
Trasfrom yaitu batas dua lempeng yang saling berpapasan.
Contoh batas
lempeng :
(Tipe-tipe batas lempeng)
- Zona Batas Divergen
Lempeng divergen adalah keadaan dimana suatu lempeng akan bergerak saling
menjauhi, sehingga pada pusat pergerakan lempeng akan terbentuk lapisan
astenosfer yang baru dan menyebabkan makin meluasnya area dari lempeng
tersebut. Ada dua macam zona yang terbentuk akibat kejadian lempeng divergen,
yaitu:
Model Zona Divergen.
- Tempat pertemuan dua batas lempeng
dengan tipe Lempeng divergen disebut seafloor spreading atau spreading
center. Contohnya terdapat pada pertemuan antara lempeng Amerika Utara
dan lempeng Eurasia di Samuera Antartika.
b. Zona divergen antara
dua lempeng benua.
Zona divergen antara Lempeng
Eurasia-Amerika Utara, Islandia.
Ciri-ciri morfologi zona
divergen:Keadaan ini menyebabkan terjadinya rekahan yang cukup besar pada
daratan. Rekahan itu akan terus meluas setiap tahunnya. Sebagai contoh yang
terjadi di Afrika Timur yang dikenal sebagai Great Rift Valley.
- Adanya bekas tarikan berlawanan arah
antara kedua lempeng, yang bisa ditandai dengan: celah antara kedua
lempeng, atau bisa juga dengan adanya penipisan lempeng di pertengahan
kedua arah gaya.
- Pada zona ini bisa terbentuk
gunungapi, dimana magma di dalam bumi akan lebih mudah mencapai permukaan
(dikarenakan lempeng yang menipis). Dicirikan gunungapi cenderung
berbentuk landai.
- Zona Batas Konvergen
Gunung Himalaya, salah satu bentuk morfologi alam hasil konvergensi lempeng
benua.
Ada tiga model dari tipe
lempeng konvergen, yaitu :Sesuai dengan namanya, zona ini terbentuk akibat
pergerakan lempeng yang sifatnya konvergen. Pergerakan Lempeng kovergen yaitu
gerakan yang merepresentasikan bahwa terdapat lempeng-lempeng yang saling
mendekat, bahkan bertumbukan. Pada tipikal zona konvergen berupa penunjaman
lempeng samudera-lempeng benua, hal tersebut menyebabkan salah satu dari
lempeng—yaitu lempeng samudera—akan tersubduksi ke dalam mantel.
1. Pertemuan antara
lempeng samudera dengan lempeng samudera.
Model Zona Batas Konvergen (Samudera –
Samudera).
Pada daerah konvergensi
lempeng samudera-lempeng samudera, salah satu lempeng yang beratnya lebih tinggi
dari lempeng lainnya akan tersubduksi ke arah mantel. Sehingga, pada daerah
pertemuan tersebut akan terbentuk daerah kepulauan yang terdiri dari
gunung-gunung laut. Pertemuan lempeng yang seperti ini biasanya terjadi di
daerah laut dalam dengan kedalaman lebih dari 11000 meter, contohnya adalah
rangkaian kepulauan yang dipenuhi gunung api sepanjang Mariana Trench di bagian
barat Samudera Pasifik.
2.. Pertemuan antara
lempeng samudera dengan lempeng benua.
Model Zona Batas Konvergen (Benua – Samudera).
Karena densitas lempeng
samudera lebih tinggi, lempeng samudera akan tersubduksi ke arah mantel dan
menyebabkan terbentuknya gunung-gunung api aktif di daratan benua. Adapun
terjadinya gunung-gunung aktif tersebut, adalah karena adanya pergesekan antara
lempeng samudera dengan batuan-batuan di sekitarnya, dimana batuan akan leleh
dan berubah fase menjadi cair (magma). Hal itu terjadi karena pergerakan
lempeng samudera. Akibatnya, magma akan merambat ke permukaan melalui
rekahan-rekahan, sehingga terbentuklah gunung api. Daerah konvergen ini
dicirikan dengan adanya aktivitas seismik yang cukup tinggi, bahkan kebanyakan
gelombang tsunami tak jarang terjadi akibat hal tersebut. Contoh tipe
konvergensi lempeng benua—lempeng samudera terdapat di daerah zona penyusupan
di sepanjang Pantai barat Sumatera dan di sepanjang Pantai Selatan Jawa.
3. Pertemuan antara
lempeng benua dengan lempeng benua.
Model Zona Batas Konvergen (Benua –
Benua).
Peristiwa konvergensi
ini mengakibatkan terjadinya lipatan yang semakin lama areanya semakin luas dan
semakin tinggi, sebagai contoh adalah pembentukan pegunungan Himalaya dan
daerah dataran tinggi Tibet.
Ciri-ciri morfologi zona konvergen:
- Jika salah satu lempeng menunjam ke
dalam mantel, dapat kita lihat bahwa di permukaan bumi tersebut, terdapat
kenampakan batas penunjaman antara kedua lempeng, dimana satu lapisan
lempeng terlihat masuk ke dalam lapisan lempeng lain. Batas antara kedua
lempeng ini disebut
- Terdapat bentang alam berupa busur
pegunungan. Pegunungan tersebut akan memanjang sesuai dengan jalur trench.
Tipikal gunung biasanya berwujud tinggi. Dapat dimungkinkan juga terjadi
gunungapi, apabila pergerakan lempeng saat menunjam dapat menyebabkan
batuan sekitar menjadi leleh dan berwujud magma, lalu magma mencapai
permukaan bumi.
- Jika terbentuk di laut, bisa memicu
terjadinya busur kepulauan gunungapi.
- Jika terbentuk di zona konvergensi
samudera-benua, akan memicu busur gunungapi tepi kerak benua.
- Jika terbentuk di pertemuan lempeng
benua, akan membentuk wilayah pegunungan (mountain range) yang cukup
tinggi.
- Zona Batas Transform
Model Zona Batas Transform.
Tipe pertemuan antara
dua lempeng tektonik yang bergerak secara horisontal dan berlawanan arahnya.
Tidak seperti pola struktur yang terbentuk dalam zona konvergen, pada tipe zona
transform tidak ada pembentukan lapisan astenosfer baru atau terjadinya
penunjaman yang dilakukan oleh salah satu lempeng terhadap lainnya. Tipe
pergerakan transform bisa terjadi, baik di antara lempeng samudera, maupun di
antara lempeng benua. Sebagai contoh adalah pergerakan transform yang terjadi
pada dua buah lempeng benua di California,mengakibatkan terjadinya Patahan San
Andreas.
Patahan San Andreas, Los Angeles, Amerika Serikat.
Ciri-ciri morfologi zona transform:
Ciri-ciri morfologi zona transform:
- Pergerakan lempeng yang saling
berlawanan arah akan membentuk struktur geologi yang berbentuk seperti
patahan/sesar secara horizontal.
Penyebab pergeseran
lempeng disebabkan oleh arus konveksi di dalam selimut bumi, namun ada beberapa
mekasinme atau cara yang dikemukakan oleh berbagai ahli geologi. Misalnya ada
yang mengemukakan bahwa arus konveksi terjadi dalam selimut bagian atas saja
yaitu di lapisan Astonosfer, namun ahli lain beranggapan arus konveksi terjadi
di seluruh selimut bumi.
Gambar arus konveksi di lapisan Astenosfer dan arus
konveksi di seluruh selimut bumi.
Adalagi
yang berpendapat tempat naiknya batuan panas dari bawah merupakan daerah sempit
saja seperti cerobong asap, dan setelah sampai di permukaan tersebar ke segala
arah.lihat gambar dibawah ini, pendapat ini dikenal sebagai Mantle
Plume oleh W. Jason Morgan seorang
ahli geologi.
Menurut
pandangan Morgan lempeng bergerak karena beberapa plume yang tidak luas berupa
arus konveksi sepanjang seluruh pegunungan. Hipotesis ini seakan seperti pipa
dasar selimut bumi. Aliran radial materi selimut bumi dari dalam ke permukaan
akan memecahkan litosfer menggerakkan lempeng.
Penggembungan ini menghasilkan tiga
retakan. Aliran dari dalam berlangsung terus menyebabkan kerak bumi terpecah
sepanjang dua dari tiga retakan dan retakan ketiga menjadi tidak aktif. Dalam model
ini kedua retakan yang aktif akan menjadi pinggiran benua sebagaimana lautan
terbentuk antara benua yang terbelah itu. Retakan ketiga menjadi anulocagen,
suatu retakan yang tidak aktif yang kemudian terisi dengan sedimen.
Tempat
dimana mantle plume mungkin naik sekarang dibawah lautan misalnya di kepulauan
hawaii. Akan tetapi agak lain dengan yang di benua, plume bertindak seperti
pusat erupsi (hot spot) di bwah lempeng yang bergerak . sebagaimana lempeng
bergerak diatas plume terbentuklah sederetan gunung dimana hanya salah satu
gunung tersebut yang aktif yaitu gunung yang persis diatas mantle plume sedang
yang lainnya sudah tidak aktif (gambar dibawah) gambar dibawah ini menunjukkan
peta kepulauan hawaii di mana di ujung tenggara saja yang aktif dan makin ke
barat laut gunung-gunungnya tidak aktif dan makin tua umur batuannya.
Dengan demikian, konsep tektonik lempeng
dapat menjawab lebih banyak kenampakan-kenampakan yang ada di permukaan bumi
daripada hipotesis atau teori-teori lain.
Dibawah ini kita dapat melihat sebaran
pegunungan dan tipe batas lempeng.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Teori
Tektonik Lempeng berasal dari Hipotesis Pergeseran Benua (continental drift) yang
dikemukakan Alfred Wegener tahun
1912 dan dikembangkan lagi dalam bukunya The Origin of Continents
and Oceans terbitan tahun 1915. Ia mengemukakan bahwa benua-benua yang
sekarang ada dulu adalah satu bentang muka yang bergerak menjauh sehingga
melepaskan benua-benua tersebut dari inti bumi seperti 'bongkahan es'
dari granit yang bermassa jenis rendah
yang mengambang di atas lautan basal yang
lebih padat. Namun, tanpa adanya bukti terperinci dan perhitungan gaya-gaya
yang dilibatkan, teori ini dipinggirkan. Di kemudian
hari, dibuktikanlah teori yang dikemukakan geolog Inggris Arthur
Holmes tahun 1920 bahwa tautan bagian-bagian kerak ini kemungkinan ada di
bawah laut. Terbukti juga teorinya bahwa arus konveksi di dalam mantel bumi
adalah kekuatan penggeraknya.
Pergerakan
lempeng tektonik bisa terjadi karena kepadatan relatif litosfer samudera dan
karakter astenosfer yang relatif lemah. Pelepasan panas dari mantel telah
didapati sebagai sumber asli dari energi yang menggerakkan lempeng tektonik.
Pandangan yang disetujui sekarang, meskipun masih cukup diperdebatkan, adalah
bahwa kelebihan kepadatan litosfer samudera yang membuatnya menyusup ke bawah
di zona subduksi adalah sumber terkuat pergerakan lempengan.
3.2
Saran
Pergeseran
lempeng biasanya menyebabkan terjadinya gempa bumi, maka dari itu saran kami
saat terjadinya pergeseran lempeng adalah sebagai berikut:
1. Menentukan tempat-tempat berlindung yang aman jika terjadi gempa bumi.
Tempat berlindung yang aman adalah tempat yang yang dapat melindungi anda dari
benda-benda yang jatuh atau mebel yang ambruk, misalnya di bawah meja.
2. Menyediakan air minum untuk keperluan darurat. Bekas botol air mineral
dapat digunakan untuk menyimpan air minum. Kebutuhan air minum biasanya 2
sampai 3 liter sehari untuk satu orang.
3. Kotak P3K berisi obat menghilangkan rasa sakit, plester, pembalut dan
sebagainya
4. Matikan api kompor jika anda sedang memasak. Matikan juga alat-alat
elektronik yang dapat menyebabkan timbulnya api. Jika terjadi kebakaran di
dapur, segera padamkan api dengan menggunakan alat pemadam api. Jika tidak
mempunyai pemadam api gunakan pasir atau karung basah
5. Membuka pintu dan mencari jalan keluar dari rumah atau gedung
6. Cari informasi mengenai gempa bumi yang terjadi lewat televisi atau radio
DAFTAR PUSTAKA
Sumber: www.makegoodtime.com
Sumber: Handout Tektonik Lempeng, Salahuddin Husein
(2012)